In My Opinion : Menjadi Perempuan

Ayudia Kirana
4 min readDec 3, 2022

--

Menjadi perempuan di jaman sekarang itu bagi aku pribadi merupakan anugerah. Walaupun masih bisa dikatakan Indonesia adalah negara patriarki, dimana laki-laki lebih dominan. Tapi sedihnya masih cukup sering ada tanggapan seperti di bawah ini yang aku dengar sebagai perempuan di Indonesia :

“Eh, jangan panas-panasan di luar nanti jelek jadi hitam”

Sepertinya ada standar kecantikan tidak tertulis di Indonesia kalau perempuan cantik itu harus putih. Makanya di Indonesia most of skincare pasti akan mengiklankan jika menggunakan skincare tersebut akan menjadi putih. Padahal menurut aku perempuan itu CANTIK apapun warna kulitnya, mau hitam, sawo matang, kuning ataupun putih. Yang terpenting kita menjaga kebersihan dan kerapihan diri kita. Jadi mau melakukan aktivitas di luar maupun berolahraga panas-panasan, ga perlu takut ga putih lagi karena apapun warna kulit kita tidak mendefinisikan kecantikan kita.

“Jadi cewek ga perlu sekolah tinggi-tinggi nanti cowok pada takut”

Menurut aku pribadi pernyataan di atas sangat salah.

Mungkin akan aku mulai dengan cerita dari temanku. I was amazed with my friend’s story dimana dia membiarkan istrinya untuk resign dari pekerjaannya untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang S3 di Inggris. This guy told me bahwa mendukung cita-cita dan impian istrinya adalah tugasnya sebagai suami dan kelak istrinya akan menjadi ibu yang merupakan “sekolah” pertama bagi anak-anaknya jadi sangat penting kalau istri yang pintar dan berwawasan luas.

Big applause to his statement! Aku sangat setuju, dimana setiap perempuan berhak mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya karena suatu hari nanti jika sudah berkeluarga justru seorang ibu akan menjadi pendidik pertama bagi anak-anaknya. Jadi sangat penting kita sebagai perempuan berpendidikan tinggi bukan hanya terkait dengan ilmu akademik, namun juga non-academic skills seperti musik, olahraga ataupun bahasa karena pasti akan berguna bagi diri kita. Last but not least, tidak kalah penting bagi perempuan untuk memahami ilmu agama sebagai orang pertama yang mengenalkan kepada anak tentang Sang Pencipta di kehidupan kita.

“Umurnya Berapa? Kok belum nikah? Nanti expire loh”

Please bear in mind, kita perempuan bukan barang yang ada expiry date nya. Menurut aku pribadi, tidak semua orang di umur 25 tahun sudah menemukan laki-laki yang tepat untuk dijadikan partner hidup sampai the rest of their life. Jadi menikah itu ga ada deadline seperti kerjaan. Entah mengapa aku selalu yakin timeline setiap orang berbeda-beda begitu juga rejekinya. Ada yang menikah duluan, ada yang karir nya duluan yang diberikan Allah ada yang memang harus mengurus keluarganya dahulu. Sangatlah penting bagi kita perempuan untuk lebih bijaksana dalam menentukan pasangan hidup. Dari pengalaman yang aku lihat di sekelilingku, tepatnya pasangan yang kita pilih menentukan kebahagiaan kita sampai akhir hayat nanti. Jadi, daripada panas dengan omongan orang yang terlalu peduli dengan kapannya kita nikah, lebih baik senyumin aja. Gapapa ga secepat orang lain, yang penting kelak pernikahan kita bahagia, damai, aman dan sentosa.

“Ngapain berkarir tinggi-tinggi, nanti juga masuk dapur”

Kalau ada orang yang ngomong seperti ini aku suka mikir deh, buat apa kita sekolah tinggi-tinggi kalau tidak pernah punya kesempatan untuk menerapkan apa yang kita pelajari di perkuliahan dengan berkarir?

Dengan berkarir, perempuan punya kesempatan untuk mengaplikasikan apa yang dia pelajari dan juga expand their horizon of knowledge serta punya kesempatan untuk mengembangkan network di dunia kerja. Ga ada yang salah dengan perempuan yang berkarir, dengan berkarir kita menjadi perempuan yang financially independent dan tidak bergantung solely on men dalam masalah finansial. Menurutku, mau sekaya apapun suami dan bisa provide semua kebutuhan dalam rumah tangga. Selalu ada kebahagian sendiri untuk bisa punya pendapatan sendiri sehingga bisa kita gunakan untuk membeli keinginan kita ataupun berbagi dengan orangtua maupun orang lain.

Tentu saja, perempuan yang berkarir bukan berarti lupa dengan keluarga. Justru tanggung jawab yang dimiliki jadi bertambah. When I was in previous company, I was amazed with one of my manager yang bangun subuh untuk masak, kemudian pagi nya dia mengantarkan anak sekolah dan setelah itu datang ke client untuk meeting. Such a wonder woman in real life!

“Jadi cewek jangan terlalu mandiri…”

Ini adalah salah satu kata-kata yang sering banget aku dengar sebagai perempuan di Indonesia. Statement ini suka muncul dari even complete strangers sampai dengan orang terdekat.

Menjadi perempuan mandiri yang melakukan segala sesuatunya sendiri merupakan kekuatan kita sebagai perempuan. Dengan menjadi wanita yang mandiri sebenarnya bukan menandakan kita bisa hidup tanpa laki-laki. Tapi, kita bisa berdiri di atas kaki sendiri walaupun tanpa bantuan dari laki-laki.

Wanita yang mandiri cenderung dianggap keras. Mandiri bukan berarti keras namun kita sebagai perempuan terbiasa kerja keras dan mempunyai prinsip dalam menjalani hidupnya.

Dengan adanya prinsip hidup membuat hidup kita lebih terarah dan punya tujuan.

Intinya menjadi perempuan itu spesial, kita dituntut untuk bisa lemah lembut tapi juga harus kuat menghadapi segala halang rintang.

Untuk semua perempuan di luar sana apapun yang sedang kalian hadapi… please be proud of your self! You are stronger than you ever imagine

Untuk semua laki-laki di luar sana sayangilah ibumu, istrimu dan anak-anak perempuanmu, karena aku selalu yakin di balik kesuksesan laki-laki selalu ada figur perempuan hebat di belakang kalian.

Semoga kalian semua selalu dalam lindungan Tuhan dan berbahagia. Tahun 2023 sudah di depan mata, semoga hari-hari terakhir di 2022 selalu penuh suka cita. Amin.

Love,

Ayudia

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Ayudia Kirana
Ayudia Kirana

Written by Ayudia Kirana

A work-life rhythm kind of person. I love writing, playing piano, swimming, yoga & softball. Oh yes, overall I'm pretty much unexpected.

No responses yet

Write a response